Selasa, 27 Desember 2011

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
 Oleh :
Titik Muslikah           (09320058)
Ulfa Rahmawati        (09320164)
Reni Agustin S.         (09320173)
Novita Pulupi P.        (09320178)
Tri Hartati                  (09320185)
Nurhalimah                (09320187)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Penggunaan suatu jenis pendekatan (approach) atau orientasi pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum tersebut. Secara teoritis, menurut perkembangannya study tentang kurikulum dapat digolongkan ke dalam empat teory pendekatan, yaitu pendekatan mata pelajaran, pendekatan interdisipliner, pendekatan integratif, dan pendekatan sistem. Keempat pendekatan tersebut memiliki penekanan tersendiri, sehingga menimbulkan perbedaan yang prinsipil.
A.    Pendekatan Mata Pelajaran
Pendekatan mata pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran (subject matter) seperti ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu alam, ilmu berhitung, ilmu aljabar, menyanyi, menggambar, olahraga, pekerjaan tangan dan sebagainya. Masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri sebagi suatu disiplin ilmu, tersimpan didalam kotak-kotak mata pelajaran dan terlepas satu sama lain. Berbagai mata pelajaran tersebut tidak mempunyai hubungan maupun kaitan satu dengan yang lainnya, bahkan setiap mata pelajaran
Dalam pendekatan mata pelajaran ini, terdapat system pembagian tanggung jawab diantara masing-masing guru mata pelajaran, misalnya guru yang mengajar ilmu bumi di SMP atau SMA hanya bertugas mengajar ilmu bumi saja. Begitu pula halnya dengan guru biologi yang hanya mengajar biologi saja.

B.     Pendekatan Interdisipliner
Untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah tersusun secara sistematis dan logis, diperlukan kematangan intelektual tertentu, suatu hal yang tampaknya belum dimiliki murid-murid Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas. Dengan pendekatan mata pelajaran, para siswa disekolah tidak memiliki kesempatan untuk membahas berbagai masalah social dari masyarakat lingkungannya.
Berdasarkan pertimbangan diatas, para ahli berpendapat bahwa kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajarn yang memiliki ciri-ciri yang sama, yang menjadi suatu bidang study (broadfield). Dewasa ini pendekatan tersebut dikenal dengan nama pendekatan interdisipliner, contohnya kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam,  Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pancasila,dan sebagainya.
Pendekatan interdisipliner dibagi menjadi tiga jenis pendekatan yaitu, pendekatan structural, pendekatan fungsional dan pendekatan daerah (interfield), yang masing-masing mempunyai penekanan sendiri.
a.       Pendekatan structural
Pendekatan structural bertitik tolak dari suatu struktur tertentu, yang merupakan suatu disiplin ilmu. Sebagai contoh, Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan disiplin ilmu social maka dipelajari juga ilmu-ilmu yang lain seperti sejarah, ekonomi, politik, antropologi dan lain sebagainya. Tetapi ilmu-ilmu tersebut masih berada dalam suatu bidang studi yang sama yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial.
b.      Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional bertitik tolak dari suatu masalah tertentu dalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Masalah yang dipilih dan akan dipelajari tersebut adalah berbagai masalah yang berfungsi dan bermakna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masalah tersebut, dipelajari aspek-aspek dari berbagai disiplin yang berada dalamsuatu bidang studi yang sama, yang dinilai relevan dengan masalah yang dipelajari. Sebagai contoh, misalkan kita ambil sebuah masalah tentang “Air”. Berdasarkan masalah ini akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi atau fisiologi, aspek ilmu alam dan aspek lainya yang terkait dengan permasalahan “Air” tersebut.
c.       Pendekatan daerah
Pendekatan daerah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu sebagai subyek pelajaran. Berdasarkan daerah tersebut, kemudian akan dipelajari aspek biografi,ekonomi, antropologi, adat istiadat, bahasa dan aspek lainya. Aspek-aspek yang dipelajari tentu sajamerupakan hal yang relevan dengan daerah tersebut dan berada dalam bidang studi yang sama. Misalnya dalam pengajaran IPS dapat dipilih daerah Bali, Kalimantan atau daerah-daerah lainnya. Kemudian dibuatlah perencanaan berbagai aspek, seperti geografi daerah Bali, adat istiadat daerah Bali, ekonomi pariwisata daerah Bali, bahasa penduduk Bali dan sebagainya.

C.    Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif dikenal juga dengan pendekatan terpadu yang bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan tersebut bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Sebagai contoh, manusia bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan sesuatu yang utuh. Dalam konteks ini pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh, oleh karena itu kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan organism yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang pula.

D.    Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian. Komponen itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu komponen juga dapat merupakan sebuah subsistem dari suatu sistem. Pada tingkat makro, jika kita meninjau sistem pendidikan, maka kurikulum sesungguhnya merupakan suatu komponen dari input instrumental. Kurikulum ditinjau dalam hubungannya dengan komponen-komponennya, antara lain tujuan, prinsip, susunan dan sistem penyampaiannya.
Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem berpikir, bahkan system pandekatan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang digunakan adalah proses identifikasi dan perumusan masalah, perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan, dan penentuan yang dinilai paling tepat melalui paper analysis atau eksperimen. Selanjutnya dilakukan kegiatan try out dan revisi, dan langkah-langkah yakni implementasi dan evaluasi.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dalam penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum, sangat penting untuk ditentukan terlebih dahulu jenis pendekatan yang akan digunakan. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum hanya digunakan satu jenis pendekatan saja, karena beberapa jenis pendekatan dapat digunakan sekaligus, seperti yang dijumpai dalam pembinaan kurikulum tahun 1975.
Sumber : Hamalik, Oemar.2008.Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung :Remaja Rosdakarya.

Jumat, 30 September 2011

SOAL – SOAL DAN PEMBAHASAN MATERI HIMPUNAN DAN FUNGSI

 
1.       Dari sekelompok anak terdapat 15 anak gemar bulu tangkis, 20 anak gemar tenis meja, dan 12 anak gemar keduanya. Jumlah anak dalam kelompok tersebut adalah…
A.  17 orang
B.  23 orang
C.  35 orang
D.  47 orang
Penyelesaian :  ( B )
Diketahui :
n(A)          = 15
n(B)          = 20
n(A∩B)    = 12
Ditanya : n ( S )
Jawab :
 n(S)          =  n(A) + n(B) - n(A∩B)
                  = 15 + 20 – 12
                  = 23 .
2.       Dalam suatu kelas terdapat 47 siswa, setelah dicatat terdapat 38 anak senang berolahraga, 36 anak senang membaca, dan 5 orang anak tidak senang berolahraga maupun membaca. Banyak anak  yang senang berolahraga dan senang membaca adalah…
A.  28 anak
B.  32 anak
C.  36 anak
D.  38 anak
Penyelesaian : ( B )
Diketahui :
n(S)=  47 ;  n(O)= 38 ;  n(M)= 36 ;  n(X) = 5 (Tidak senang keduanya)
Ditanya : n(O∩M)
Jawab :
n(S)           =( n(O) + n(M) - n(O∩M) ) + n(X)
47              = (38 + 36 - n(O∩M) ) + 5
47 – 5        = 74 - n(O∩M)
42              = 74 - n(O∩M)
n(O∩M)    = 74 – 42 = 32.
3.       H adalah himpunan semua bilangan asli n demikian sehingga bentuk  menghasilkan bilangan bulat kurang dari 1, maka banyaknya himpunan bagian tak kosong dari H adalah ....
a.       0
b.      1
c.       2
d.      3
Penyelesaian : ( A )
Bilangan asli mempunyai anggota himpunan mulai dari 1, 2, … dst.
Sedangkan bilangan bulat mempunyai anggota himpunan mulai dari 0, 1, 2, … dst
Dalam soal ditanya bilangan bulat yang kurang dari, sedangkan yang ditanyakan adalah bilangan asli dimana anggotanya mulai dari 1, 2, … dst.
Jadi, tdak mungkin mempunyai irisan atau irisannya nol.
4.       Suatu fungsi f yang dirumuskan dengan   f(x) = ax + b diketahui bahwa f(1) = 3 dan f(–3) = 11. Nilai a dan b berturut-turut adalah...
A.  4 dan –1
B.  –2 dan 1
C.  4 dan 7
D.  –2 dan 5
Penyelesaian : ( D )
Diketahui :
f(x) = ax + b
f(1) = 3
f(-3)=11
Ditanya : Nilai a dan b
Jawab :
f(1) = 3     maka f(1) = a.1+b
                              3   = a + b        (persamaan 1)
f(-3)=11    maka f(-3)= a.(-3)+b
                              11 = -3a+b       (persamaan 2)
Eliminasi persamaan 1 dan 2
a    + b       = 3
-3a + b      = 11  -
4a        = -8
a          = -2      (Disubtitusi ke persamaan 1)
a + b = 3
-2+ b = 3
   b    = 5.
5.       Nilai minimum dari adalah...
A. 
B. 
C.  24
D.   26
Penyelesaian : ( A )
Nilai min =
                  =
                  =
                  =  =
6.       Suatu fungsi ditentukan . Bila dari fungsi itu  maka nilai a adalah …
A.  7
B.  5
C.  -5
D.  -7
Penyelesaian : ( D )
f ( a )         =  -5a – 5
      30        = -5a – 5
30 + 5       = -5a
35    = -5a
      a          =  -7.
7.       Suatu fungsi kuadrat  dengan daerah asal . Grafik fungsinya adalah...

B.
 
Penyelesaian :       (D)                                                                                                          
D = {-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2}
F ( -4 ) =  + 2(-4) - 3 = 16 – 8 – 3 = 5
F ( -3 ) =  + 2(-3) – 3 = 9 – 6 – 3 = 0
F ( -2 ) =  + 2(-2) – 3 = 4 – 4 – 3 = -3
F ( -1 ) =  + 2(-1) – 3 = 1 – 2 – 3 = -4
F ( 0 ) = 0 + 0 – 3 = -3
F ( 1 ) =  + 2.1 – 3 = 1 + 2 – 3 = 0
F ( 2 ) =  + 2.2 – 3 = 4 + 4 – 3 = 5
Dari data di atas diperoleh nilai maksimum = 5, maka y maks = 5
( Terdapat pada grafik D )
f (x)           = + 2x – 3
                  ( x + 3 )( x – 1 )
                  x = -3 atau x = 1          ( Grafik melalui titik (-3,0) dan (1,0 )
Jadi, grafik yang benar adalah grafik D karena melalui titik (-3,0) dan (1,0).

8.        Diaram venn dibawah ini menunjukkan bahwa …
A.  AB
B.  A B
C.  A B
D.  A B
Penyelsaian : ( A )
      Himpunan A berada dalam himpunan B, maka AB.
9.        Untuk harga- harga m yang manakah fungsi ini dapat disederhanakan?
a.       3
b.      5
c.       6
d.      7
Penyelesaian : ( C )
Pembilang dan penyebut harus mempunyai sebuah factor yang sama, jadi pembilang harus dapat ditulis seperti  dan penyebut seperti . Jadi bentuk- bentuk itu harus mempunyai sebuah harga nol yang sama. Jadi persamaan- persamaan  dan  harus mempunyai akar yang sama.
Untuk mencari nilai m disa diperoleh dengan cara mengeliminasi kedua persamaan tersebut.
    =  0     +
 
                                                      = 0
Untuk x = 0 maka  = 0
                                               m = 0
      Untuk x = 3 maka  = 0
                                         9 – 15 + m = 0
                                                       m = 6
       Jadi nilai m adalah 0 atau 6.
10.   Jika f(2x + 1) = (x − 12)(x + 13), maka nilai dari  f(31) adalah…
a.       78
b.      84
c.        88      
d.       96
Penyelesaian : ( B )
Diketahui  f(2x + 1) = (x − 12)(x + 13) dan ditanya f(31) maka
2x + 1 = 31
 2x      = 30
  x       = 15
maka x = 15 di subtitusi ke dalam persamaan (x − 12)(x + 13)
(x − 12)(x + 13) = ( 15 – 12 )(15 + 13)
                           = 3 x 28
                           = 84


Sumber :
Soal Olimpiade Matematika SLTP tingkat Kabupaten / Kota 28 Juni 2005
Soal Olimpiade SMP Kota Bogor
Ninekasih, binatari. Super Jenius Olimpiade Matematika SMP. 2006. Pustaka Widyagama: Yogyakarta.